Senin, 17 Juni 2013

GOLONGAN SULFONAMIDA_Akademi Analis Kesehatan Bina Husada Kendari'12



MAKALAHKIMIA FARMASI

“GOLONGAN SULFONAMIDA”

OLEH
KELAS A
KELOMPOK 4

1.      JENI MARYANTI HANGE PEDA
2.      HERIANTO
3.      ISMAWATI MARWAN
4.      IRMAYANTI
5.      HELNY
6.      IRFAN SAPUTRA
        

AKADEMI ANALIS KESEHATAN BINA HUSADA
KENDARI
2013





BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang
Sulfonamida merupakan kemoterapeutik pertama yang efektif pada terapi penyakit sistemik.Sekarang, penggunaannya terdesak oleh kemoterapeutik lain yang lebih efektif dan kurang toksik. Banyak organisme yang menjadi resisten terhadap sulfonamida.Penggunaannya meningkat kembali sejak ditemukan kotrimoksazol yaitu kombinasi trimetoprim dengan sulfametoksazol.Sulfonamida pertama diisolasi dari senyawa tar batubara analin, tahun 1900 an, digunakan pertama untuk mengatasi infeksi kokus tahun 1935. Tidak termasuk antibiotik karena tidak dihasilkan dari substnsi biologis.Khasiat bakteriostatik melalui hambatan sintesis asam folat atau PGA bakteri.Saat ini penggunaannya sudah banyak yang tergeser untuk infeksi saluran kemih.Tak efektif untuk jamur dan virus.Dalam kimia, gugus fungsi sulfonamida dituliskan -S(=O)2-NH2, sebuah gugus sulfonat yang berikatan dengan amina. Senyawa sulfonamida adalah senyawa yang mengandung gugus tersebut.Beberapa sulfonamida dimungkinkan diturunkan dari asam sulfonat dengan menggantikan gugus hidroksil dengan gugus amina.Dalam kedokteran, istilah “sulfonamida” kadang-kadang dijadikan sinonim untuk obat sulfa, yang merupakan turunan sulfanilamida.
Infeksi saluran kemih (ISK) hampir selalu diakibatkan oleh bakteri aerob dari flora usus.Penyebab infeksi bagian bawah atau cystitis ( radang kandung) adalah pertama kuman gram negatif. Pada umumnya, seseorang dianggap menderita ISK bila terdapat lebih dari 100.000 kuman dalam 1 ml urin.Sulfonamida berupa kristal putih yang umumnya sukar larut dalam air, tetapi garam natriumnya mudah larut. Rumus dasarnya adalah sulfanilamide. Berbagai variasi radikal R pada gugus amida (-SO2NHR) dan substitusi gugus amino (NH2) menyebabkan perubahan sifat fisik, kimia dan daya antibaktreri sulfonamida.Sulfonamida bersifat mikrobiostatik untuk sejumlah besar bakteri gram positif dan gram negatif, dan berbagai protozoa (seperti coccidia, Plasmodium spp).Sulfonamida digunakan biasanya dengan kombinasi agen kemoterapi lainnya untuk merawat infeksi saluran kencing, malaria, coccidiosis.

1.2. Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud dengan Sulfonamida?
2. Bagaimana mekanisme kerja sulfonamide?
3. Bagaimana Fakmakokinetik sulfonamide?
4. Klasifikasi sediaan sulfonamide?
5. Apa saja efek samping sulfanamida?

1.3. Tujuan
Pada makalah ini akan dibahas tentang Sulfonamida. Diharapkan makalah ini nantinya dapat digunakan sebagaimana mestinya, serta dapat bermanfaat sebagai bahan panduan dan referensi dalam pembuatan makalah dikemudian harinya.

1.4. Manfaat
Mahasiswa dapat mengetahui cara menggunakan sulfonamida dengan baik.














BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Sulfonamida
Sulfonamida adalah kemoterapeutik yang pertama digunakan secara sistemik untuk pengobatan dan pencegahan penyakit infeksi pada manusia.Sulfonamida merupakan kelompok obat penting pada penanganan infeksi saluran kemih (ISK).Sulfonamida merupakan kelompok kemoterapi dengan rumus dasar.

2.2.  Tata nama dan Klasifikasi
a.    Tata nama
         Nama umum : sulfonamid
         Turunan para aminobenzensulfonamid/ sulfonamida
Gugus fungsi sulfonamida dituliskan -S(=O)2-NH2, sebuah gugus sulfonat yang berikatan dengan amina. Senyawa sulfonamida adalah senyawa yang mengandung gugus tersebut. Beberapa sulfonamida dimungkinkan diturunkan dari asam sulfonat dengan menggantikan gugus hidroksil dengan gugus amina

b.    Klasifikasi
1. Berdasarkan lamanya masa kerja
Berdasarkan masa kerjanya sulfonamida sistemik dibagi menjadi 3 kelompok yaitu sulfonamida dengan masa kerja pendek, sulfonamida dengan masa kerja sedang, sulfonamida dengan masa kerja panjang.
a.       Sulfonamida dengan masa kerja pendek; Waktu paruh lebih kecil dari 10 jam. Contoh: sulfetidol, sulfamerazin, sulfametazin, sulfatiazol, sulfasomidin dan sulfaksasol.
b.      Saulfonamida dengan masa kerja sedang; waktu paroh 10 – 24 jam. Contoh: sulfadiazin, sulfametoksasol dan sulfafenazo
c.       Sulfonamida dengan masa kerja panjang; waktu paroh lebih besar 24 jam. Contoh: sulfadoksin, sulfalen, sulfametoksipiridazin dan sulfametoksidiazin.
2.   Berdasarkan kecepatan absorpsi dan ekskresinya, sulfonamid dibagi    dalam empat golongan besar:
a.       Sulfonamid dengan ekskresi cepat, antara lain sulfadiazin dan sulfisoksazol
b.      Sulfonamid yang hanya diabsorpsi sedikit bila diberikan per oral dan karena itu kerjanya dalam lumen usus, antara lain sulfasalazin
c.       Sulfonamid yang terutama digunakan untuk pembrian topikal, antara lain sulfasetamid, mafenid, dan Ag-sulfadiazin
d.      Sulfonamid dengan masa kerja panjang,seperti sulfadoksin, absorpsinya cepat dan ekskresinya lambat.

2.3. Golongan Sulfonilamid
Sulfonamida dapat dibagi menjadi dua kelompok, Antibiotik dan Non  Antibiotik.
1.       Antibiotik, contoh :
               a. Sulfamethoxazole,
               b. Sulfisoxazole
               c. Sulfacetamide
2.      Golongan sulfonilamid non antibiotik,contoh:
a. Clortiazid
b. Furosemid
  c. Celecoxib

Contoh-contoh sulfonamida antara lain:
1. Sulfacetamida (N-[(4-aminofenil)sulfonil]-asetamida);
2. Sulfadiazin
3. Sulfadimetoksin (4-amino-N-(2,6-dimetoksi-4
pirimidinil)benzenesulfonamida)
4. Sulfadimidin (=sulfametazin:  4-amino-N-(4,6-dimetil-2-pirimidinil)benzenesulfonamida);
5. Sulfaguanidin(4-amino-N-(aminoiminometil)benzenesulfonamide);
6. Sulfametizol(4-amino-N-(5-metil-1,3,4-tiadiazol-2-il)benzenesulphonamide);
7. Sulfametoksazol(4-amino-N-(5-metil-3-isoxazolil)benzenesulfonamida);
8. sulfatiazol(4-amino-N-2-tiazolilbenzenesulfonamida); dan sebagainya.
                               
2.4. Pemakaian
1.      Kemoterapeutikum :Sulfadiazin, Sulfathiazol
2.      Antidiabetikum : Nadisa, Restinon.
3.      Desibfektan saluran air kencing : Thidiour
4.      Diuretikum : Diamox

2.5. Sifat – sifat
1.      Bersifat ampoter, karena itu sukar di pindahkan dengan acara pengocokan yang digunakan dalam analisa organik.
2.      Mudah larut dalam aseton, kecuali Sulfasuksidin, Ftalazol dan Elkosin

2.6. Kelarutan
1.      Umumnya tidak melarut dalam air, tapi adakalanya akan larut dalam air anas. Elkosin biasanya larut dalam air panas dan dingin.
2.       Tidak larut dalam eter, kloroform, petroleum eter.
3.      Larut baik dalam aseton.
4.       Sulfa – sulfa yang mempunyai gugus amin aromatik tidak bebas akan mudah larut dalam HCl encer. Irgamid dan Irgafon tidak lariut dalam HCl encer.
5.       Sulfa – sulfa dengan gugusan aromatik sekunder sukar larut dalam HCl, misalnya septazin, soluseptazin, sulfasuksidin larut dalam HCl, akan tetapi larut dalam NaOH.
6.      Sulfa dengan gugusan –SO2NHR akan terhidrolisis bila dimasak dengan asam kuat HCl atau HNO3.

Sulfanamida adalah anti mikroba yang digunakan secara sistemis maupun topikal untuk beberapa penyakit infeksi.Sebelum ditemukan antibiotik, sulfa merupakan kemoterapi yang utama, tetapi kemudian penggunaannya terdesak oleh antibiotik.Pertengahan tahun 1970 penemuan preparat kombinasi trimetoprim dan sulfametoksazol meningkatkan kembali penggunaan sulfonamida.Selain sebagai kemoterapi derivat sulfonamida juga berguna sebagai diuretik dan anti diabetik oral (ADO).Sulfa bersifat bakteriostatik luas terhadap banyak bakteri gram positif dan negatif. Mekanisme kerjanya berdasarkan antagonisme saingan antara PABA (Para Amino Benzoic Acid) yang rumus dasarnya mirip dengan rumus dasar sulfa :

H2N – C6H4 – COOH

Sulfonamida adalah sebuah agen kemoterapi. Antimikroba ini kebanyakan merupakan turunan sulfanilamida (p – aminobenzenasulfonamida : NH2.C6H4.SO2.NH2).Sulfonamida bersifat mikrobiostatik untuk sejumlah besar bakteri gram positif dan gram negatif, dan berbagai protozoa (seperti coccidia, Plasmodium spp).Sulfonamida digunakan biasanya dengan kombinasi agen kemoterapi lainnya untuk merawat infeksi saluran kencing, malaria, coccidiosis dll. Sulfonamida bertindak sebagai analog struktural dari asam p-aminobenzoik (PABA), yang menghambat PABA saat pembentukan asam dihidropteroik dalam sintesis asam folat.Organisme yang membuat sendiri asam folatnya dan tidak dapat memakai pasokan eksogen dari vitamin menjadi sensitif terhadap sulfonamida, karena selnya dapat menyerap obat ini, sementara organisme yang memerlukan asam folat eksogen untuk pertumbuhannya tidak sensitif.Penundaan periode beberapa generasi terjadi antara paparan sel yang sensitif pada sulfonamida dan penghambatan pertumbuhan; pada saat ini sel menghabiskan pasokan asam folat endogen yang telah dibuat sebelumnya.Efek penundaan ini memungkinkan sulfonamida dipakai bersama dengan antibiotik (misalnya penisilin) yang hanya aktif terhadap organisme yang tumbuh. Efek penghambat sulfonamida dapat dinetralkan dengan memasok sel dengan metabolit yang normalnya membutuhkan asam folat untuk sintesisnya (misalnya purin, asam amino tertentu); zat demikian dapat hadir misalnya dalam pus, sehingga sulfonamida menjadi tidak efektif dalam perawatan infeksi suppuratif tertentu.Bakteri yang siap mengembangkan resistansi pada sulfonamida, seperti modifikasi Streptococcus pneumoniae yang dihasilkan lewat mutasi satu langkah pada sintetase asam dihidropteroik dapat mengurangi afinitas enzim sulfonamida tanpa mengurangi afinitasnya pada PABA.Hambatan dari plasmid juga muncul dan dapat terlibat, misalnya plasmid tersandi sintase asam dihidropteroik resistan sulfonamida.


2.7. Mekanisme Kerja
Mekanisme kerjanya berdasarkan pencegahan sintesis (dihidro)folat dalam kuman dengan cara antagonis saingan dengan PABA, suatu asam yang diperlukan untuk biosintesis koenzim asam dihidropteroat dalam tubuh bakteri atau protozoa. Karena strukturnya mirip asam para aminobenzoat (PABA), sulfonamida berkompetisi dengan subsrat ini dalam proses biosintesis asam dihidropteroat, sehingga melindungi sintesis asam folat dan pembentukan karbonnya yang membawa kofaktor. Secara kimiawi sulfonamide merupakan analog-analog dari asam p-aminobenzoat (PABA, H2N-C6H4-COOH). Banyak jenis bakteri yang membutuhkan asam folat untuk membangun asam intinya DNA dan RNA. Asam ini dibentuk sendiri dari bahan pangkal PABA (= para-aminobenzoic acid) yang terdapat di mana-mana dalam tubuh manusia. Bakteri salah menggunakan sulfa sebagai bahan untuk mensintesa asam folatnya sehingga DNA/RNA tidak terbentuk lagi dan pertumbuhan bakteri terhenti
Manusia dan beberapa jenis bakteri (misal Streptooccus faecalis dan Enterococci lainnya) tidak membuat asam folat sendiri tetapi menerimanya dalam bentuk jadi dari bahan makanan, sehingga tidak mengalami gangguan pada metabolismenya. Dalam nanah terdapat banyak PABA maka sulfonamida tidak dapat bekerja di lingkungan ini. Begitu pula sulfa tidak boleh diberikan serentak dengan obat-obat lain yang rumusnya mirip PABA, misal prokain, prokain-penisilin, benzokain, PAS, dan sebagainya.

2.8. Gugus Fungsi Sulfonamida
Banyak jenis sulfonamida yang berbeda misalnya dalam sifat klinisnya, toksisitasnya, dll.Sebagian besar turunan memiliki penyusun nitrogen dari grup sulfonamida   (NH2.C6H4.SO2.NHR).Substitusi grup p-amino menghasilkan hilangnya aktifitas anti bakterial, namun turunan demikian dapat dihidrolisa in vivo menjadi turunan yang aktif. Sebagai contoh, p-Nsuccunylsulfatiazol dan fitalilsulfatiazol tidak aktif dan sulit diserap perut, namun mereka terhidrolisa pada usus bawah untuk melepaskan komponen aktif sulfatiazol; obat ini telah digunakan misalnya pada saat sebelum dan sesudah bedah perut.

2.9. Hubungan struktur dan aktifitas
1.      Gugus amino primer aromatik sangat penting untuk aktivitas karena banyak modifikasi pada gugus tersebut ternyata menghilangkan aktivitas antibakteri. Contoh : metabolit - asetalasi tidak aktif sebagai antibakteri. Oleh karena itu gugus amino harus tidak tersubtitusi ( R’=H) atau mengandung subtituen yang mudah dihilangkan pada in vivo.
2.      Bentuk yang aktif sebagai antibakteri adalah bentuk garam -terionisasi (- monosubtitusi), sedangkan -disubtitusi tidak aktif sebagai antibakteri .
3.      Penggantian cincin benzen denagan sistem cincin yang lain dan pemasukan substituen  lain pada cincin benzen akan menurunkan atau menghilangkan aktivitas.
4.      Penggantian gugus dengan  senyawa tetap aktif sebagai antibakteri. Penggantian dengan CONH- akan menurunkan aktivitas.
5.      Dari studi hubungan nilai Pka turunan sulfonamid dengan aktivitas antibakteri secara in vivo, Bell dan Roblin mendapatkan bahwa aktifitas antibakteri yang cukup tinggi ditunjukan oleh turunan sulfonamid yang mempunyai nilai pKa antara 6,0-7,4 dan terlihat bahwa aktifitas maksimal dicapai oleh senyawa yang mempunyai nilai pKa mendekati pH fisiologis.
6.      Ada hubungan antara aktivitas antibakteri turunan sulfonamid dengan sifat lipofil (log P) dan elektronik (○ dan pKa).

2.10. Farmakokinetik
A. Absorpsi
Absorpsi melalui saluran cerna mudah dan cepat, kecuali beberapa macam sulfonamide yang khusus digunakan untuk infeksi local pada usus.Kira-kira 70-100% dosis oral sulfonamide di absorpsi melalui saluran cerna dan dapat di temukan dalam urin 30 menit setelah pemberian.Absorpsi terutama terjadi pada usus halus, tetapi beberapa jenis sulfa dapat di absorpsi melalui lambung.
B. Distribusi
Semua sulfonamide terikat pada protein plasma terutama albumin dalam derajat yang berbeda-beda.Obat ini tersebar ke seluruh jaringan tubuh, karena itu berguna untuk infeksi sistemik. Dalam cairan tubuh kadar obat bentuk bebas mencapai 50-80 % kadar dalam darah.
C. Metabolisme
Dalam tubuh, sulfa mengalami asetilasi dan oksidasi.Hasil inilah yang sering menyebabkan reaksi toksik sistemik berupa lesi pada kulit dan gejala hipersensitivitas, sedangkan hasil asetilasi menyebabkan hilangnya aktivitas obat.
D. Ekskresi
Hampir semua di ekskresi melalui ginjal, baik dalam bentuk asetil maupun bentuk bebas.Masa paruh sulfonamide tergantung pada keadaan fungsi ginjal. Sebagian kecil diekskresikan melalui tinja, empedu, dan air susu ibu.

2.11. Klasifikasi Sediaan
Berdasarkan kecepatan absorpsi dan eksresinya, sulfonamide dibagi menjadi:
1.      Sulfonamid dengan absorpsi dan eksresi cepat, antara lain : sulfadiazine dan   sulfisoksazol.
2.      Sulfonamid yang hanya diabsorpsi sedikit bila diberikan per oral dank arena itu kerjanya dalam lumen usus, antara lain : ftalilsulfatiazol dan sulfasalazin.
3.      Sulfonamid yang terutama digunakan untuk pemberian topical antara lain : sulfasetamid, mefenid, dan Ag-sulfadiazin.
4.      Sulfonamid dengan masa kerja panjang, seperti sulfadoksin, absorpsinya cepat dan eksresinya lambat.

Berdasarkan efek yang dihasilkan sulfonamida dibagi menjadi 2, yaitu :
`                 1. Efek sistemis, contohnya kotrimoksazol, trisulfa
3.      Efek lokal, contohnya sulfacetami

1. Trisulfa
Indikasi
Infeksi oleh kuman gram pos dan neg yang peka terhadap obat ini misalnya infeksi saluran nafas dan saluran pencernaan.
Kontra indikasi
Hipersensitiv terhadap obat ini kehamilan dan masa menyusui.
Efek samping
Gangguan kulit, muntah, diare, kristal una dan gangguan darah
Sediaan
Tablet 500 mg (generik)
Cara penyimpanan
Dalam wadah tetutup baik, terlindung dari sinar.

                                    2. Kotrimoksazol     
     Kotrimoksazol merupakan kombinasi antara trimetroprim dan sulfametoksazol    dengan perbandingan 1 : 5
Indikasi
Antibakteri spectrum luas, infeksi saluran kemih, infeksi THT, bronkitis kronis, demam tifoid    dan shigellosis
Kontra indikasi
Hipersensitiv terhadap sulfa, gagal ginjal, gangguan fungsi hati   yang berat
Perhatian
Pada penggunaan jangka panjang perlu dilakukan hitung jenis sel  darah, hindari penggunaan pada bayi di bawah 6 minggu.
Efek samping
Gangguan darah, mual, muntah, ruam (termasuk sindrom Stevens – Johnson) reaksi allergi,  diare dll.
Sediaan
Cotrimoksazol (generik)  Suspensi 240 mg/ 5 ml, Tablet     480 mg
Cara penyimpanan
Wadah kedap udara, terlindung dari sinar


                                     3. Sulfacetamid       
     Adalah golongan sulfonamida yang digunakan dalam salep dan tetes mata.
          Spesialite Obat-obat Sulfonamida
NO
GENERIK
DAGANG
PABRIK
     1        
Sulfadiazin+Sulfamerazin
Trisulfa
Kimia Farma

Sulfamezatin

Indo Farma
     2
Sulfacetamida Natrium
Albucid
Nicholas
     3
Cotrimoksazole
Bactrim
Roche

(Trimetoprim+ Sulfamethoxazole)
Bactricid


2.12. Efek samping
Efek samping sering timbul (sekitar 5%) pada pasien yang mendapat sulfonamide.Reaksi ini dapat hebat dan kadang-kadang bersifat fatal.Efek samping yang terpenting adalah kerusakan pada sel-sel darah yang berupa agranulositosis, anemia aplastis dan hemolitik. Efek samping yang lain ialah reaksi alergi, gangguan system hematopoetik, dan gangguan pada saluran kemih dengan terjadinya kristal uria yaitu menghablurnya sulfa di dalam tubuli ginjal.

2.13. Interaksi obat
Sulfonamid dapat berinteraksi dengan antikoagulan oral, antidiabetik sulfonylurea dan fenitoin. Penggunaan sulfonamide sebagai obat pilihan pertama dan untuk pengobatan penyakit infeksi tertentu makin terdesak oleh perkembangan obat antimikroba lain yang lebih efektif serta meningkatkanjumlah mikroba yang resisten terhadap sulfa. Namun peranannya meningkat kembali dengan di temukannya kotrimoksazol.
Penggunaan topical tidak dianjurkan karena kurang/tidak efektif, sedangkan risiko terjaadinya reaksi sensitisasi tinggi, kecuali pemakaian local daro Na-sulfasetamid pada infeksi mata.













BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Sulfonamida adalah kemoterapeutik yang pertama digunakan secara sistemik untuk pengobatan dan pencegahan penyakit infeksi pada manusia. Sulfonamida merupakan kelompok obat penting pada penanganan infeksi saluran kemih (ISK). Klasifikasi Sediaan sulfonamide. Berdasarkan kecepatan absorpsi dan eksresinya, sulfonamide dibagi menjadi:
Sulfonamid dengan absorpsi dan eksresi cepat, antara lain : sulfadiazine dan sulfisoksazol. Sulfonamid yang hanya diabsorpsi sedikit bila diberikan per oral dank arena itu kerjanya dalam lumen usus, antara lain : ftalilsulfatiazol dan sulfasalazin. Sulfonamid yang terutama digunakan untuk pemberian topical antara lain : sulfasetamid, mefenid, dan Ag-sulfadiazin. Sulfonamid dengan masa kerja panjang, seperti sulfadoksin, absorpsinya cepat dan eksresinya lambat. Efek samping yang terjadi kerusakan pada sel-sel darah yang berupa agranulositosis, anemia aplastis dan hemolitik. Efek samping yang lain ialah reaksi alergi, gangguan system hematopoetik, dan gangguan pada saluran kemih.

3.2. Saran
Diharapkan bagi pembaca sekalian dapat memaklumi kekurangan dari makalah yang membahas mengenai Sulfonamida dan Disinfektan Saluran Kemih. Kritik dan saran dari pembaca pun sangat kami harapkan, guna perbaikan dimasa mendatang.Akhir kata kami ucapkan terimakasih.







DAFTAR PUSTAKA

Ganiswara. 1995. “ Farmakologi dan Terapi”. Bagian Farmakologi. Fakultas Kedokteran. Universitas Indonesia. Jakarta.
Setiabudy, Rianto. 2007. Farmakologi dan Terapi Edisi 5. Fakultas Kedokteran. Universitas Indonesia. Jakarta.
ummudzakwanFARMASI. Dalam blog ummudzakwanFARMASI dengan judul KEMOTERAPEUTIKA.diakses pada 12 maret 2012 jam 10.33 wi