MAKALAHKIMIA FARMASI
“GOLONGAN SULFONAMIDA”
OLEH
KELAS
A
KELOMPOK
4
1. JENI MARYANTI HANGE PEDA
2. HERIANTO
3. ISMAWATI MARWAN
4. IRMAYANTI
5. HELNY
6. IRFAN SAPUTRA
AKADEMI
ANALIS KESEHATAN BINA HUSADA
KENDARI
2013
BAB I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Sulfonamida
merupakan kemoterapeutik pertama yang efektif pada terapi penyakit
sistemik.Sekarang, penggunaannya terdesak oleh kemoterapeutik lain yang lebih
efektif dan kurang toksik. Banyak organisme yang menjadi resisten terhadap
sulfonamida.Penggunaannya meningkat kembali sejak ditemukan kotrimoksazol yaitu
kombinasi trimetoprim dengan sulfametoksazol.Sulfonamida pertama diisolasi dari
senyawa tar batubara analin, tahun 1900 an, digunakan pertama untuk mengatasi infeksi
kokus tahun 1935. Tidak termasuk antibiotik karena tidak dihasilkan dari
substnsi biologis.Khasiat bakteriostatik melalui hambatan sintesis asam folat
atau PGA bakteri.Saat ini penggunaannya sudah banyak yang tergeser untuk
infeksi saluran kemih.Tak efektif untuk jamur dan virus.Dalam kimia, gugus
fungsi sulfonamida dituliskan -S(=O)2-NH2, sebuah gugus sulfonat yang berikatan
dengan amina. Senyawa sulfonamida adalah senyawa yang mengandung gugus
tersebut.Beberapa sulfonamida dimungkinkan diturunkan dari asam sulfonat dengan
menggantikan gugus hidroksil dengan gugus amina.Dalam kedokteran, istilah
“sulfonamida” kadang-kadang dijadikan sinonim untuk obat sulfa, yang merupakan
turunan sulfanilamida.
Infeksi saluran kemih (ISK) hampir selalu diakibatkan oleh bakteri aerob dari flora usus.Penyebab infeksi bagian bawah atau cystitis ( radang kandung) adalah pertama kuman gram negatif. Pada umumnya, seseorang dianggap menderita ISK bila terdapat lebih dari 100.000 kuman dalam 1 ml urin.Sulfonamida berupa kristal putih yang umumnya sukar larut dalam air, tetapi garam natriumnya mudah larut. Rumus dasarnya adalah sulfanilamide. Berbagai variasi radikal R pada gugus amida (-SO2NHR) dan substitusi gugus amino (NH2) menyebabkan perubahan sifat fisik, kimia dan daya antibaktreri sulfonamida.Sulfonamida bersifat mikrobiostatik untuk sejumlah besar bakteri gram positif dan gram negatif, dan berbagai protozoa (seperti coccidia, Plasmodium spp).Sulfonamida digunakan biasanya dengan kombinasi agen kemoterapi lainnya untuk merawat infeksi saluran kencing, malaria, coccidiosis.
Infeksi saluran kemih (ISK) hampir selalu diakibatkan oleh bakteri aerob dari flora usus.Penyebab infeksi bagian bawah atau cystitis ( radang kandung) adalah pertama kuman gram negatif. Pada umumnya, seseorang dianggap menderita ISK bila terdapat lebih dari 100.000 kuman dalam 1 ml urin.Sulfonamida berupa kristal putih yang umumnya sukar larut dalam air, tetapi garam natriumnya mudah larut. Rumus dasarnya adalah sulfanilamide. Berbagai variasi radikal R pada gugus amida (-SO2NHR) dan substitusi gugus amino (NH2) menyebabkan perubahan sifat fisik, kimia dan daya antibaktreri sulfonamida.Sulfonamida bersifat mikrobiostatik untuk sejumlah besar bakteri gram positif dan gram negatif, dan berbagai protozoa (seperti coccidia, Plasmodium spp).Sulfonamida digunakan biasanya dengan kombinasi agen kemoterapi lainnya untuk merawat infeksi saluran kencing, malaria, coccidiosis.
1.2. Rumusan
Masalah
1. Apakah yang dimaksud dengan Sulfonamida?
2. Bagaimana mekanisme kerja sulfonamide?
3. Bagaimana Fakmakokinetik sulfonamide?
4. Klasifikasi sediaan sulfonamide?
5. Apa saja efek samping sulfanamida?
1. Apakah yang dimaksud dengan Sulfonamida?
2. Bagaimana mekanisme kerja sulfonamide?
3. Bagaimana Fakmakokinetik sulfonamide?
4. Klasifikasi sediaan sulfonamide?
5. Apa saja efek samping sulfanamida?
1.3. Tujuan
Pada makalah
ini akan dibahas tentang Sulfonamida. Diharapkan makalah ini nantinya dapat
digunakan sebagaimana mestinya, serta dapat bermanfaat sebagai bahan panduan
dan referensi dalam pembuatan makalah dikemudian harinya.
1.4. Manfaat
Mahasiswa
dapat mengetahui cara menggunakan sulfonamida dengan baik.
BAB II
PEMBAHASAN
PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Sulfonamida
Sulfonamida adalah kemoterapeutik yang pertama digunakan secara sistemik
untuk pengobatan dan pencegahan penyakit infeksi pada manusia.Sulfonamida
merupakan kelompok obat penting pada penanganan infeksi saluran kemih
(ISK).Sulfonamida merupakan kelompok kemoterapi dengan rumus dasar.
2.2. Tata nama dan Klasifikasi
a.
Tata nama
Nama umum : sulfonamid
Turunan para
aminobenzensulfonamid/ sulfonamida
Gugus fungsi sulfonamida dituliskan -S(=O)2-NH2, sebuah gugus sulfonat yang
berikatan dengan amina. Senyawa sulfonamida adalah senyawa yang mengandung
gugus tersebut. Beberapa sulfonamida dimungkinkan diturunkan dari asam sulfonat
dengan menggantikan gugus hidroksil dengan gugus amina
b. Klasifikasi
1. Berdasarkan
lamanya masa kerja
Berdasarkan masa kerjanya sulfonamida sistemik dibagi
menjadi 3 kelompok yaitu sulfonamida dengan masa kerja pendek, sulfonamida
dengan masa kerja sedang, sulfonamida dengan masa kerja panjang.
a.
Sulfonamida dengan masa kerja pendek; Waktu paruh lebih
kecil dari 10 jam. Contoh: sulfetidol, sulfamerazin, sulfametazin, sulfatiazol,
sulfasomidin dan sulfaksasol.
b.
Saulfonamida dengan masa kerja sedang; waktu paroh 10
– 24 jam. Contoh: sulfadiazin, sulfametoksasol dan sulfafenazo
c.
Sulfonamida dengan masa kerja panjang; waktu paroh
lebih besar 24 jam. Contoh: sulfadoksin, sulfalen, sulfametoksipiridazin dan
sulfametoksidiazin.
2. Berdasarkan
kecepatan absorpsi dan ekskresinya, sulfonamid dibagi dalam empat golongan besar:
a.
Sulfonamid dengan ekskresi cepat, antara lain
sulfadiazin dan sulfisoksazol
b.
Sulfonamid yang hanya diabsorpsi sedikit bila
diberikan per oral dan karena itu kerjanya dalam lumen usus, antara lain
sulfasalazin
c.
Sulfonamid yang terutama digunakan untuk pembrian
topikal, antara lain sulfasetamid, mafenid, dan Ag-sulfadiazin
d.
Sulfonamid dengan masa kerja panjang,seperti
sulfadoksin, absorpsinya cepat dan ekskresinya lambat.
2.3. Golongan Sulfonilamid
Sulfonamida dapat dibagi menjadi dua kelompok,
Antibiotik dan Non Antibiotik.
1. Antibiotik, contoh :
a.
Sulfamethoxazole,
b.
Sulfisoxazole
c. Sulfacetamide
2. Golongan
sulfonilamid non antibiotik,contoh:
a. Clortiazid
b. Furosemid
c. Celecoxib
Contoh-contoh sulfonamida antara lain:
1. Sulfacetamida
(N-[(4-aminofenil)sulfonil]-asetamida);
2. Sulfadiazin
3. Sulfadimetoksin (4-amino-N-(2,6-dimetoksi-4
pirimidinil)benzenesulfonamida)
4. Sulfadimidin (=sulfametazin: 4-amino-N-(4,6-dimetil-2-pirimidinil)benzenesulfonamida);
5. Sulfaguanidin(4-amino-N-(aminoiminometil)benzenesulfonamide);
6. Sulfametizol(4-amino-N-(5-metil-1,3,4-tiadiazol-2-il)benzenesulphonamide);
7. Sulfametoksazol(4-amino-N-(5-metil-3-isoxazolil)benzenesulfonamida);
8. sulfatiazol(4-amino-N-2-tiazolilbenzenesulfonamida); dan
sebagainya.
2.4. Pemakaian
1. Kemoterapeutikum
:Sulfadiazin, Sulfathiazol
2. Antidiabetikum
: Nadisa, Restinon.
3. Desibfektan
saluran air kencing : Thidiour
4. Diuretikum :
Diamox
2.5. Sifat – sifat
1.
Bersifat ampoter, karena itu sukar di pindahkan dengan
acara pengocokan yang digunakan dalam analisa organik.
2.
Mudah larut dalam aseton, kecuali Sulfasuksidin,
Ftalazol dan Elkosin
2.6.
Kelarutan
1.
Umumnya tidak melarut dalam air, tapi adakalanya akan
larut dalam air anas. Elkosin biasanya larut dalam air panas dan dingin.
2.
Tidak larut
dalam eter, kloroform, petroleum eter.
3.
Larut baik dalam aseton.
4.
Sulfa – sulfa
yang mempunyai gugus amin aromatik tidak bebas akan mudah larut dalam HCl
encer. Irgamid dan Irgafon tidak lariut dalam HCl encer.
5.
Sulfa – sulfa
dengan gugusan aromatik sekunder sukar larut dalam HCl, misalnya septazin,
soluseptazin, sulfasuksidin larut dalam HCl, akan tetapi larut dalam NaOH.
6.
Sulfa dengan gugusan –SO2NHR akan terhidrolisis bila
dimasak dengan asam kuat HCl atau HNO3.
Sulfanamida adalah anti mikroba yang digunakan secara sistemis maupun topikal untuk beberapa penyakit infeksi.Sebelum ditemukan antibiotik, sulfa merupakan kemoterapi yang utama, tetapi kemudian penggunaannya terdesak oleh antibiotik.Pertengahan tahun 1970 penemuan preparat kombinasi trimetoprim dan sulfametoksazol meningkatkan kembali penggunaan sulfonamida.Selain sebagai kemoterapi derivat sulfonamida juga berguna sebagai diuretik dan anti diabetik oral (ADO).Sulfa bersifat bakteriostatik luas terhadap banyak bakteri gram positif dan negatif. Mekanisme kerjanya berdasarkan antagonisme saingan antara PABA (Para Amino Benzoic Acid) yang rumus dasarnya mirip dengan rumus dasar sulfa :
H2N – C6H4 – COOH
Sulfonamida adalah sebuah agen
kemoterapi. Antimikroba ini kebanyakan merupakan turunan sulfanilamida (p –
aminobenzenasulfonamida : NH2.C6H4.SO2.NH2).Sulfonamida bersifat mikrobiostatik
untuk sejumlah besar bakteri gram positif dan gram negatif, dan berbagai
protozoa (seperti coccidia, Plasmodium
spp).Sulfonamida digunakan biasanya dengan kombinasi agen kemoterapi
lainnya untuk merawat infeksi saluran kencing, malaria, coccidiosis dll. Sulfonamida
bertindak sebagai analog struktural dari asam p-aminobenzoik (PABA), yang
menghambat PABA saat pembentukan asam dihidropteroik dalam sintesis asam
folat.Organisme yang membuat sendiri asam folatnya dan tidak dapat memakai
pasokan eksogen dari vitamin menjadi sensitif terhadap sulfonamida, karena
selnya dapat menyerap obat ini, sementara organisme yang memerlukan asam folat
eksogen untuk pertumbuhannya tidak sensitif.Penundaan periode beberapa generasi
terjadi antara paparan sel yang sensitif pada sulfonamida dan penghambatan
pertumbuhan; pada saat ini sel menghabiskan pasokan asam folat endogen yang
telah dibuat sebelumnya.Efek penundaan ini memungkinkan sulfonamida dipakai
bersama dengan antibiotik (misalnya penisilin) yang hanya aktif terhadap
organisme yang tumbuh. Efek penghambat sulfonamida dapat dinetralkan dengan
memasok sel dengan metabolit yang normalnya membutuhkan asam folat untuk
sintesisnya (misalnya purin, asam amino tertentu); zat demikian dapat hadir
misalnya dalam pus, sehingga sulfonamida menjadi tidak efektif dalam perawatan
infeksi suppuratif tertentu.Bakteri yang siap mengembangkan resistansi pada
sulfonamida, seperti modifikasi Streptococcus
pneumoniae yang dihasilkan lewat mutasi satu
langkah pada sintetase asam dihidropteroik dapat mengurangi afinitas enzim
sulfonamida tanpa mengurangi afinitasnya pada PABA.Hambatan dari plasmid juga
muncul dan dapat terlibat, misalnya plasmid tersandi sintase asam
dihidropteroik resistan sulfonamida.
2.7. Mekanisme Kerja
Mekanisme kerjanya berdasarkan
pencegahan sintesis (dihidro)folat dalam kuman dengan cara antagonis saingan
dengan PABA, suatu asam yang diperlukan untuk biosintesis koenzim asam dihidropteroat
dalam tubuh bakteri atau protozoa. Karena strukturnya mirip asam para aminobenzoat
(PABA), sulfonamida berkompetisi dengan subsrat ini dalam proses biosintesis
asam dihidropteroat, sehingga melindungi sintesis asam folat dan pembentukan
karbonnya yang membawa kofaktor. Secara
kimiawi sulfonamide merupakan analog-analog dari asam p-aminobenzoat (PABA,
H2N-C6H4-COOH). Banyak jenis bakteri yang membutuhkan asam folat untuk
membangun asam intinya DNA dan RNA. Asam ini dibentuk sendiri dari bahan
pangkal PABA (= para-aminobenzoic acid)
yang terdapat di mana-mana dalam tubuh manusia. Bakteri salah menggunakan sulfa
sebagai bahan untuk mensintesa asam folatnya sehingga DNA/RNA tidak terbentuk
lagi dan pertumbuhan bakteri terhenti
Manusia dan
beberapa jenis bakteri (misal Streptooccus
faecalis dan Enterococci lainnya) tidak membuat asam folat sendiri
tetapi menerimanya dalam bentuk jadi dari bahan makanan, sehingga tidak
mengalami gangguan pada metabolismenya. Dalam nanah terdapat banyak PABA maka
sulfonamida tidak dapat bekerja di lingkungan ini. Begitu pula sulfa tidak
boleh diberikan serentak dengan obat-obat lain yang rumusnya mirip PABA, misal
prokain, prokain-penisilin, benzokain, PAS, dan sebagainya.
2.8. Gugus
Fungsi Sulfonamida
Banyak jenis sulfonamida yang berbeda misalnya dalam sifat klinisnya,
toksisitasnya, dll.Sebagian besar turunan memiliki penyusun nitrogen dari grup
sulfonamida (NH2.C6H4.SO2.NHR).Substitusi grup p-amino
menghasilkan hilangnya aktifitas anti bakterial, namun turunan demikian dapat
dihidrolisa in vivo menjadi
turunan yang aktif. Sebagai contoh, p-Nsuccunylsulfatiazol dan
fitalilsulfatiazol tidak aktif dan sulit diserap perut, namun mereka
terhidrolisa pada usus bawah untuk melepaskan komponen aktif sulfatiazol; obat
ini telah digunakan misalnya pada saat sebelum dan sesudah bedah perut.
2.9. Hubungan struktur dan aktifitas
1.
Gugus amino primer aromatik sangat penting untuk
aktivitas karena banyak modifikasi pada gugus tersebut ternyata menghilangkan
aktivitas antibakteri. Contoh : metabolit
- asetalasi tidak aktif sebagai antibakteri. Oleh karena itu gugus amino
harus tidak tersubtitusi ( R’=H) atau mengandung subtituen yang mudah
dihilangkan pada in vivo.
2.
Bentuk yang aktif
sebagai antibakteri adalah bentuk garam
-terionisasi (
- monosubtitusi), sedangkan
-disubtitusi tidak aktif sebagai
antibakteri .
3.
Penggantian
cincin benzen denagan sistem cincin yang lain dan pemasukan substituen lain pada cincin benzen akan menurunkan atau
menghilangkan aktivitas.
4.
Penggantian gugus
dengan
senyawa tetap aktif sebagai antibakteri.
Penggantian dengan CONH-
akan menurunkan aktivitas.
5.
Dari studi
hubungan nilai Pka turunan sulfonamid dengan aktivitas antibakteri secara in
vivo, Bell dan Roblin mendapatkan bahwa aktifitas antibakteri yang cukup tinggi
ditunjukan oleh turunan sulfonamid yang mempunyai nilai pKa antara 6,0-7,4 dan
terlihat bahwa aktifitas maksimal dicapai oleh senyawa yang mempunyai nilai pKa
mendekati pH fisiologis.
6.
Ada hubungan antara aktivitas antibakteri turunan
sulfonamid dengan sifat lipofil (log P) dan elektronik (○ dan pKa).
2.10. Farmakokinetik
A. Absorpsi
A. Absorpsi
Absorpsi
melalui saluran cerna mudah dan cepat, kecuali beberapa macam sulfonamide yang
khusus digunakan untuk infeksi local pada usus.Kira-kira 70-100% dosis oral
sulfonamide di absorpsi melalui saluran cerna dan dapat di temukan dalam urin
30 menit setelah pemberian.Absorpsi terutama terjadi pada usus halus, tetapi
beberapa jenis sulfa dapat di absorpsi melalui lambung.
B. Distribusi
Semua
sulfonamide terikat pada protein plasma terutama albumin dalam derajat yang
berbeda-beda.Obat ini tersebar ke seluruh jaringan tubuh, karena itu berguna
untuk infeksi sistemik. Dalam cairan tubuh kadar obat bentuk bebas mencapai
50-80 % kadar dalam darah.
C.
Metabolisme
Dalam tubuh,
sulfa mengalami asetilasi dan oksidasi.Hasil inilah yang sering menyebabkan
reaksi toksik sistemik berupa lesi pada kulit dan gejala hipersensitivitas,
sedangkan hasil asetilasi menyebabkan hilangnya aktivitas obat.
D. Ekskresi
Hampir semua
di ekskresi melalui ginjal, baik dalam bentuk asetil maupun bentuk bebas.Masa
paruh sulfonamide tergantung pada keadaan fungsi ginjal. Sebagian kecil
diekskresikan melalui tinja, empedu, dan air susu ibu.
2.11. Klasifikasi Sediaan
Berdasarkan kecepatan absorpsi dan
eksresinya, sulfonamide dibagi menjadi:
1. Sulfonamid
dengan absorpsi dan eksresi cepat, antara lain : sulfadiazine dan sulfisoksazol.
2. Sulfonamid
yang hanya diabsorpsi sedikit bila diberikan per oral dank arena itu kerjanya
dalam lumen usus, antara lain : ftalilsulfatiazol dan sulfasalazin.
3. Sulfonamid
yang terutama digunakan untuk pemberian topical antara lain : sulfasetamid, mefenid,
dan Ag-sulfadiazin.
4. Sulfonamid
dengan masa kerja panjang, seperti sulfadoksin, absorpsinya cepat dan
eksresinya lambat.
Berdasarkan efek yang dihasilkan
sulfonamida dibagi menjadi 2, yaitu :
` 1. Efek
sistemis, contohnya kotrimoksazol, trisulfa
3.
Efek lokal, contohnya sulfacetami
1. Trisulfa
|
Indikasi
|
Infeksi oleh kuman gram pos dan
neg yang peka terhadap obat ini misalnya infeksi saluran nafas dan saluran
pencernaan.
|
|
Kontra indikasi
|
Hipersensitiv terhadap obat ini
kehamilan dan masa menyusui.
|
|
Efek samping
|
Gangguan kulit, muntah, diare,
kristal una dan gangguan darah
|
|
Sediaan
|
Tablet 500 mg (generik)
|
|
Cara penyimpanan
|
Dalam wadah tetutup baik,
terlindung dari sinar.
|
2. Kotrimoksazol
Kotrimoksazol merupakan kombinasi antara
trimetroprim dan sulfametoksazol dengan
perbandingan 1 : 5
|
Indikasi
|
Antibakteri spectrum luas, infeksi
saluran kemih, infeksi THT, bronkitis kronis, demam tifoid
dan shigellosis
|
|
Kontra indikasi
|
Hipersensitiv terhadap sulfa,
gagal ginjal, gangguan fungsi hati yang berat
|
|
Perhatian
|
Pada penggunaan jangka panjang
perlu dilakukan hitung jenis sel darah, hindari penggunaan pada bayi di
bawah 6 minggu.
|
|
Efek samping
|
Gangguan darah, mual, muntah, ruam
(termasuk sindrom Stevens – Johnson) reaksi allergi, diare dll.
|
|
Sediaan
|
Cotrimoksazol (generik)
Suspensi 240 mg/ 5 ml, Tablet 480 mg
|
|
Cara penyimpanan
|
Wadah kedap udara, terlindung dari
sinar
|
3.
Sulfacetamid
Adalah golongan
sulfonamida yang digunakan dalam salep dan tetes mata.
Spesialite Obat-obat Sulfonamida
|
NO
|
GENERIK
|
DAGANG
|
PABRIK
|
|
1
|
Sulfadiazin+Sulfamerazin
|
Trisulfa
|
Kimia Farma
|
|
Sulfamezatin
|
Indo Farma
|
||
|
2
|
Sulfacetamida Natrium
|
Albucid
|
Nicholas
|
|
3
|
Cotrimoksazole
|
Bactrim
|
Roche
|
|
(Trimetoprim+ Sulfamethoxazole)
|
Bactricid
|
2.12. Efek samping
Efek samping sering timbul (sekitar 5%) pada pasien yang mendapat
sulfonamide.Reaksi ini dapat hebat dan kadang-kadang bersifat fatal.Efek
samping yang terpenting adalah kerusakan pada sel-sel darah yang berupa
agranulositosis, anemia aplastis dan hemolitik. Efek samping yang lain ialah
reaksi alergi, gangguan system hematopoetik, dan gangguan pada saluran kemih
dengan terjadinya kristal uria yaitu menghablurnya sulfa di dalam tubuli
ginjal.
2.13. Interaksi obat
Sulfonamid
dapat berinteraksi dengan antikoagulan oral, antidiabetik sulfonylurea dan
fenitoin. Penggunaan sulfonamide sebagai obat pilihan pertama dan untuk
pengobatan penyakit infeksi tertentu makin terdesak oleh perkembangan obat
antimikroba lain yang lebih efektif serta meningkatkanjumlah mikroba yang
resisten terhadap sulfa. Namun peranannya meningkat kembali dengan di
temukannya kotrimoksazol.
Penggunaan topical tidak dianjurkan karena kurang/tidak efektif, sedangkan risiko terjaadinya reaksi sensitisasi tinggi, kecuali pemakaian local daro Na-sulfasetamid pada infeksi mata.
Penggunaan topical tidak dianjurkan karena kurang/tidak efektif, sedangkan risiko terjaadinya reaksi sensitisasi tinggi, kecuali pemakaian local daro Na-sulfasetamid pada infeksi mata.
BAB III
PENUTUP
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Sulfonamida
adalah kemoterapeutik yang pertama digunakan secara sistemik untuk pengobatan
dan pencegahan penyakit infeksi pada manusia. Sulfonamida merupakan kelompok
obat penting pada penanganan infeksi saluran kemih (ISK). Klasifikasi Sediaan
sulfonamide. Berdasarkan kecepatan absorpsi dan eksresinya, sulfonamide dibagi
menjadi:
Sulfonamid dengan absorpsi dan eksresi cepat, antara lain : sulfadiazine dan sulfisoksazol. Sulfonamid yang hanya diabsorpsi sedikit bila diberikan per oral dank arena itu kerjanya dalam lumen usus, antara lain : ftalilsulfatiazol dan sulfasalazin. Sulfonamid yang terutama digunakan untuk pemberian topical antara lain : sulfasetamid, mefenid, dan Ag-sulfadiazin. Sulfonamid dengan masa kerja panjang, seperti sulfadoksin, absorpsinya cepat dan eksresinya lambat. Efek samping yang terjadi kerusakan pada sel-sel darah yang berupa agranulositosis, anemia aplastis dan hemolitik. Efek samping yang lain ialah reaksi alergi, gangguan system hematopoetik, dan gangguan pada saluran kemih.
Sulfonamid dengan absorpsi dan eksresi cepat, antara lain : sulfadiazine dan sulfisoksazol. Sulfonamid yang hanya diabsorpsi sedikit bila diberikan per oral dank arena itu kerjanya dalam lumen usus, antara lain : ftalilsulfatiazol dan sulfasalazin. Sulfonamid yang terutama digunakan untuk pemberian topical antara lain : sulfasetamid, mefenid, dan Ag-sulfadiazin. Sulfonamid dengan masa kerja panjang, seperti sulfadoksin, absorpsinya cepat dan eksresinya lambat. Efek samping yang terjadi kerusakan pada sel-sel darah yang berupa agranulositosis, anemia aplastis dan hemolitik. Efek samping yang lain ialah reaksi alergi, gangguan system hematopoetik, dan gangguan pada saluran kemih.
3.2. Saran
Diharapkan
bagi pembaca sekalian dapat memaklumi kekurangan dari makalah yang membahas
mengenai Sulfonamida dan Disinfektan Saluran Kemih. Kritik dan saran dari
pembaca pun sangat kami harapkan, guna perbaikan dimasa mendatang.Akhir kata
kami ucapkan terimakasih.
DAFTAR PUSTAKA
Ganiswara. 1995. “ Farmakologi dan Terapi”. Bagian Farmakologi. Fakultas Kedokteran. Universitas Indonesia. Jakarta.
Setiabudy, Rianto. 2007. Farmakologi dan Terapi Edisi 5. Fakultas Kedokteran. Universitas Indonesia. Jakarta.
ummudzakwanFARMASI. Dalam blog ummudzakwanFARMASI dengan judul KEMOTERAPEUTIKA.diakses pada 12 maret 2012 jam 10.33 wi
